Kupas Tuntas Kelapa Sawit

Mengupas segala hal mengenai kelapa sawit secara tuntas

Sunday, May 17, 2009

Kemitraan Inti Plasma


Pihak yang bermitra
Perusahaan (inti) dengan koperasi sebagai wadah petani plasma.

Kewajiban Koperasi
• Mendata dan menyeleksi anggota koperasi atau calon petani plasma.
• Melakukan inventarisasi lahan milik anggota calon petani plasma.
• Menyerahkan lahan kemitraan kepada perusahaan (inti).
• Memberi kuasa pengelolaan kebun plasma kepada perusahaan.
• Memberi kuasa pengelolaan dana kredit kepada perusahaan.
• Menjual seluruh TBS ke perusahaan selama masa perjanjian.
• Mengamankan seluruh areal kebun dari gangguan-gangguan.

Hak Koperasi
• Menerima kebun plasma yang dibangun oleh perusahaan dengan fasilitas kredit bank.
• Menerima hasil produksi kebun plasma sesuai dengan ketentuan.

Kewajiban Perusahaan
• Membangun kebun plasma berikut sarana dan prasarana.
• Menata ulang lahan koperasi menjadi kebun plasma.
• Memproses HGU kebun plasma atas nama koperasi.
• Membayar hasil panenan TBS kebun plasma sesuai ketentuan yang berlaku.

Hak Perusahaan
• Menerima sebagian lahan kemitraan untuk kebun inti.
• Menerima pemindahbukuan dana pinjaman koperasi untuk pembangunan kebun plasma.
• Menerima kuasa penuh untuk mengelola dana kredit pembangunan kebun plasma milik koperasi.
• Memperoleh wewenang penuh untuk mengelola kebun plasma.
• Memperoleh wewenang penuh untuk membeli seluruh TBS kebun plasma.
• Menerima pembayaran dari koperasi untuk mengelola kebun plasma.

Thursday, February 19, 2009

Faktor Kritis Kelapa Sawit


Terdapat beberapa faktor kritis dari kelapa sawit. :

1.Setelah dipanen harus segara diposes / diolah di pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) karena mutunya akan menurun jika sempat menginap di lapangan (restan dan peraman).

2.Kandungan minyak (rendemen) dari mesocarp TBS tidak banyak yaitu hanya 18%-23% minyak kelapa sawit mentah/crude palm oil (CPO) dan dari inti kelapa sawit/palm kernel (PK) mengandung 4% minyak inti kelapa sawit/palm kernel oil (PKO).

3.Tandan buah segar (TBS) memiliki kandungan asam lemak bebas/fresh fatty acid (FFA) sekitar 2% pada saat panen dan akan meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu. Kadar FFA yang tinggi akan menurunkan kualitas CPO karena akan menyebabkan bau tengik dan rasa yang tidak enak. Batas maksimal FFA sesampainya di pabrik refinery adalah 5% .

4.Kekeringan masih merupakan ancaman bagi pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit di beberapa wilayah.  Upaya untuk lebih memanfaatkan air hujan dengan membangun konservasi tanah – air mulai diteliti dan dilakukan.

5.Sebaliknya meningkatnya curah hujan yang tinggi juga merupakan ancaman serius bagi pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit yang ditanam di daerah rendahan, karena akan meneyebabkan tanaman terendam air (banjir) selama berminggu-minggu.

6.Penyakit berkaitan kelapa sawit dikaitkan dengan serangga perusak daun sawit seperti ulat bungkus dan beluncas. Ulat bungkus ataupun beluncas yang banyak akan memakan daun sawit dengan begitu hebat sekali, sehingga menyebabkan daun tinggal bagian lidinya saja. Pokok sawit akan kehilangan permukaan daun untuk melakukan proses fotosintesis bagi tujuan menghasilkan buah. Hasil akan menurun sebanyak 40% dalam waktu 2 tahun berikutnya. Aplikasi musuh alami (predator) sudah mulai dilakukan di beberapa wilayah.

7.Terbatasnya lahan yang tidak sebanding dengan laju perkembangan perkebunan kelapa sawit menyebabkan kelapa sawit ditanam di daerah gambut dan lahan kritis lainnya. Hal ini tentu akan menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan produktivitas.

8.Isu perusakan lingkungan dan pemanasan global mengurangi laju perkembangan perkebunan kelapa sawit. Isu tersebut menjatuhkan pamor produk kelapa sawit sehingga mengurangi ekspor CPO (walaupun nilainya tidak signifikan).

Saturday, February 14, 2009

Profil Kelapa Sawit


Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang tingginya dapat mencapai 24 m. Mulai menghasilkan pada umur 3 tahun (belajar berbuah/buah pasir) dan 4 tahun (berbuah). Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya digunakan sebagai bahan minyak goreng, mentega, minyak kering/padat untuk makanan ringan dan cepat saji, shortening, vanaspati (minyak samin), nondiary creamer, es krim, sabun, kosmetik, lilin dsb. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15°LU-15°LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°.
Kelapa Sawit dapat diklasifikasikan kepada tiga jenis bentuk buah berdasarkan ketebalan tempurung, yaitu dura (tempurung tebal), tenera (tempurung tipis) dan pisifera (tiada tempurung). Buah tenera menghasilkan minyak yang lebih banyak berbanding buah dura karena perbedaan ketebalan tempurung. Pisifera adalah mandul betina, yaitu bunga betina yang sepatutnya berkembang untuk menjadi buah dan tandan akan gugur sebelum matang. Keadaan ini menyebabkan pisifera tidak mengeluarkan tandan, sebaliknya banyak mengeluarkan bunga jantan. Namun, ada juga segelintir pisifera yang subur.
Secara umum hasil dari industri kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu minyak cair, padat dan gas. Minyak kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, minyak industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga berpotensi mencemari air tanah dan permukaan sungai dan air laut.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang tingginya dapat mencapai 24 m. Mulai menghasilkan pada umur 3 tahun (belajar berbuah/buah pasir) dan 4 tahun (berbuah). Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya digunakan sebagai bahan minyak goreng, mentega, minyak kering/padat untuk makanan ringan dan cepat saji, shortening, vanaspati (minyak samin), nondiary creamer, es krim, sabun, kosmetik, lilin dsb. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15°LU-15°LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°.
Kelapa Sawit dapat diklasifikasikan kepada tiga jenis bentuk buah berdasarkan ketebalan tempurung, yaitu dura (tempurung tebal), tenera (tempurung tipis) dan pisifera (tiada tempurung). Buah tenera menghasilkan minyak yang lebih banyak berbanding buah dura karena perbedaan ketebalan tempurung. Pisifera adalah mandul betina, yaitu bunga betina yang sepatutnya berkembang untuk menjadi buah dan tandan akan gugur sebelum matang. Keadaan ini menyebabkan pisifera tidak mengeluarkan tandan, sebaliknya banyak mengeluarkan bunga jantan. Namun, ada juga segelintir pisifera yang subur.
Secara umum hasil dari industri kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu minyak cair, padat dan gas. Minyak kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, minyak industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga berpotensi mencemari air tanah dan permukaan sungai dan air laut.

Thursday, June 14, 2007

Biodiesel

Pengembangan industri hilir dan peningkatan nilai tambah kelapa sawit dimaksudkan agar ekspor kelapa sawit Indonesia tidak lagi berupa bahan mentah (CPO) tetapi dalam bentuk hasil olahan, termasuk biodiesel. Biodiesel merupakan produk hilir kelapa sawit yang prospeknya cukup cerah, terutama pada saat harga CPO rendah.

Sejalan dengan laju perkembangan ekonomi maka permintaan energi terus meningkat. Salah satu bentuk energi yang digunakan adalah pemanfaatan sektor transportasi yang saat ini bergantung kepada BBM sebagai sumber energi. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut maka diversifikasi energi harus dipercepat melalui pengembangan energi alternatif, salah satu diantaranya adalah biodiesel sebagai energi terbarukan. Hal ini dimungkinkan karena Indonesia memiliki beraneka ragam tanaman yang dapat dijadikan sumber bahan baku biodiesel, seperti kelapa sawit, jarak pagar dan kelapa.

Alternatif utama

Diantara bermacam-macam jenis bahan baku biodiesel yang ada di Indonesia, minyak kelapa sawit adalah alternatif utama bahan baku yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai biodiesel.

Jarak pagar saat ini tidak tersedia di pasar kendati Pertamina bersedia membayar di muka seluruh biji atau minyak jarak pagar. Dengan demikian, isu utamanya adalah kapan biji tanaman jarak pagar dapat dipanen dalam skala besar-besaran. Tidak seperti biodiesel (campuran solar dan minyak kelapa sawit) atau biofuel (campuran etanol dan bensin) yang bahan bakunya merupakan komoditas pasar siap pakai.

Pada tahun 2005 areal kelapa sawit Indonesia mencapai 5,6 juta ha dengan produksi 13,8 juta ton CPO dan ekspor sebesar 75% (PPKS, 2006), sisanya untuk konsumsi dalam negeri dan sebagian dicadangkan sebagai bahan baku biodiesel. Proporsi untuk kebutuhan konsumsi dan untuk bahan baku biodiesel sangat dipengaruhi oleh harga dan ketersediaan CPO.

Target pemanfaatan biodiesel sebesar 720.000 kL pada tahun 2009 (2% dari komsumsi solar nasional), maka (1) Sekitar 25 pabrik biodiesel berkapasitas rata-rata 30.000 ton/tahun sudah berproduksi pada tahun itu; (2) Jika diandaikan bahan mentahnya minyak sawit, akan dibutuhkan 650.000 ton CPO, ini dihasilkan dari 210.000 Ha kebun sawit; dan (3) Impor 720.000 kL solar dapat dihindarkan, berarti menghemat 216 juta US$ devisa (asumsi harga solar di pasar curah = US$.30/liter).

Kendala dan Tantangan

Penggunaan bahan baku minyak kelapa sawit untuk biodiesel memiliki tantangan dan kendala yaitu (1) Harga CPO yang tinggi mengakibatkan biaya produksi biodiesel menjadi mahal; (2) Pengembangan biodiesel mengalami keterbatasan modal untuk pengembangan usaha; (3) Insentif investasi belum berjalan dengan baik; (4) Persaingan bahan baku dengan industri pangan/edible oil; (5) Keterbatasan infrastuktur industri penunjang pengembangan biodiesel; (6) Kegiatan litbang terapan teknologi proses di Indonesia belum berkembang; dan (7) Kualitas dan harga produk biodiesel dari negara-negara lain sangat kompetitif dan dapat mempengaruhi pasar.

Untuk pengembangan perkebunan sawit, jarak pagar dan industri biodiesel di Indonesia, diperlukan kerjasama antara pemerintah dengan perguruan tinggi, swasta, lembaga keuangan, LSM, yayasan, masyarakat dan pihak lainnya yang terkait.

Dukungan Pemerintah

Untuk menyikapi kendala dan tantangan biodiesel, diharapkan pemerintah mendukung keberadaan biodiesel agar dapat diterima masyarakat. Dalam hal ini pemerintah perlu koordinasi antar Departemen terkait, yaitu Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral berkoordinasi dengan Departemen Pertanian untuk penyediaan bahan baku, Departemen Perindustrian untuk kebijakan industri, Kementerian Riset dan Teknologi untuk penerapan teknologi, Departemen Dalam Negeri untuk perencanaan daerah, Departemen Keuangan untuk kebijakan perpajakan, dsb.

Pemerintah juga harus memberikan kebijakan yang akan mendorong pengembangan pemanfaatan biodiesel antara lain meliputi (1) Penggunaan biodiesel dalam rangka diversifikasi energi untuk pencampur minyak solar atau sebagai salah satu pengganti minyak solar dan mendukung pelestarian lingkungan; (2) Penetapan kebijakan harga biodiesel yang mendorong penggunaannya; (3) Pengaturan pemberian kesempatan kepada Badan Usaha untuk melakukan pengembangan pengolahan dan jaringan distribusi; dan (4) Pemberian insentif.

Disamping itu pemerintah juga harus memiliki rencana strategis dalam rangka mengembangkan biodiesel ini, antara lain (1) Mengembangkan kebun energi (energy plantations) yang diperuntukkan sebagai pemasok bahan baku biodiesel/dedicated feedstock; (2) Mengintegrasikan pengembangan biodiesel dengan kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan dan industri pengolahan biodiesel; (3) Meningkatkan sosialisasi pemanfaatan biodiesel; dan (4) Melakukan kegiatan litbang pembuatan biodiesel dari minyak sawit maupun non sawit.

Harga

Sebagian besar biodiesel mencapai konsumen akhir dalam bentuk campuran dengan solar (sampai B10). Jika harga biodiesel B100 = Rp.6000/liter dan harga solar Rp.4300/liter maka harga B10 = (0,9 x Rp.4300 + 0,1 x Rp.6000) = Rp.4470/liter dibulatkan Rp.4500/liter. Biodiesel B10 ini masih dalam jangkauan promosi para pengusaha untuk membujuk konsumen agar mau membelinya karena kualitas lebih baik, emisi lebih bersih, produk dalam negeri, dll.

Pasar

  1. Konsumsi Internal : Konsumsi pabrik mencapai 0,325 juta L/th

  2. Konsumsi Pasar Domestik : Asumsi 5% kebutuhan energi bersumber dari biodiesel, maka peluang pasar terbuka untuk jangka panjang menengah sekitar 1,3 juta kilo per tahun

  3. Pasar Ekspor : Sebagai biodiesel belum teridentifikasi

Wednesday, June 13, 2007

Kelapa Sawit Indonesia

Industri kelapa sawit secara nyata memberikan sumbangan yang cukup besar kepada pertumbuhan perekonomian nasional, terbukti dari besarnya devisa hasil ekspor CPO beserta bahan-bahan oleokimia turunannya yang telah mampu mendukung kehidupan jutaan orang di Indonesia.
Selama masa krisis ekonomi di Indonesia, industri minyak sawit hanya mengalami sedikit goncangan dan saat ini sepenuhnya telah terselesaikan. Hal ini yang memacu semangat Indonesia untuk menjadi produsen minyak sawit utama dunia.
Peningkatan konsumsi minyak sawit dunia yang begitu cepat disebabkan karena pertumbuhan populasi penduduk dunia, permintaan biodiesel dan biofuel serta trend penggunaan minyak sawit untuk menggantikan minyak kedelai. Negara konsumen minyak sawit terbesar di dunia (tahun 2005) yaitu Uni Eropa (13,29% dari total konsumsi dunia), kedua adalah RRC (12,93%), ketiga adalah Indonesia (10,66%) dan keempat adalah India (10,15%).
Meningkatnya kebutuhan minyak sawit dunia yang kurang diimbangi dengan produksi yang dihasilkan akan menyebabkan meningkatnya harga minyak nabati dunia, terlebih dengan meningkatnya permintaan biodiesel.
Penemuan para ahli kesehatan bahwa minyak sawit mempunyai kelebihan dari segi kesehatan dibandingkan minyak non tropik seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Kelapa sawit dinyatakan memiliki kandungan karoten, vitamin E yang tinggi, antioksidan dan yang terpenting bebas dari asam lemak trans (trans fat).
Hingga saat ini Indonesia merupakan negara produsen terbesar kedua minyak sawit setelah Malaysia dan diproyeksikan mulai tahun 2008 Indonesia akan menjadi negara produsen terbesar dan menjadi market leader dalam perdagangan minyak sawit dunia.
Kendala yang dihadapi di lapangan umumnya menyangkut perizinan dan pertanahan (tumpang tindih kepemilikan tanah, baik antara tanah negara, tanah adat dan tanah milik penduduk) serta permasalahan sosial sebagai akibat kurangnya kepastian hukum. Sebagian besar ekspansi perkebunan kelap sawit mengarah pada lahan marginal yang memiliki beberapa kendala yaitu kesuburan tanah yang rendah, bulan kering yang lama, topografi bergunung dan lahan gambut.
Dukungan dan kebijakan pemerintah yang masih ditunggu-tunggu antara lain penyediaan prasarana jalan hingga tangki timbun, peninjauan kembali tarif pajak ekspor (PE), penguatan kelembagaan yang mempunyai wewenang mengatur industri kelapa sawit mulai hulu hingga ke perdagangan di pasar internasional. Revitalisasi perkebunan perlu dilakukan terutama menyangkut kegiatan perluasan, rehabilitasi dan peremajaan tanaman. Yang tak kalah pentingnya lagi adalah dukungan pemerintah terhadap kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi.